Taput (Neracanews) – Ribuan masyarakat kecamatan Pagaran doakan dan dukung di acara Borhat – borhat (Diberangkatkan) Bakal Calon Bupati-Wakil Bupati Tapanuli Utara, Satika Simamora -Sarlandy Hutabarat bertempat di halaman gereja HKBP Immanuel Pagaran. Jumat (13/9/2024).
Satika Sarlandy bertekad akan mengembangkan dan melanjutkan program-program pembangunan yang sudah dilakukan pada masa pemerintahan mantan Bupati Nikson Nababan.
Apabila masyarakat memberikan kepercayaan dan bersatu memenangkan Pilkada Taput 27 November mendatang, pasangan Satika -Sarlandy akan melaksanakan 3 visi utama dalam menjalankan pemerintahan, yaitu Berdaya Saing, Berkarakter, Berkeadilan dan Makmur.
Hal itu disampaikan Satika Simamora dihadapan warga pada acara pelantikan Tim Pemenangan dan Relawan Satika -Sarlandy se-kecamatan Pagaran.
Menurut Satika Simamora, di masa depan, persaingan akan semakin ketat. Masa depan suatu bangsa atau negara ditentukan oleh sejauh mana generasi muda suatu daerah memiliki daya saing. Suatu generasi bisa dikatakan berdaya saing diawali dengan memiliki kesehatan yang prima, karena pada tubuh yang sehat akan muncul pribadi-pribadi yang unggul dan cerdas.
“Bagaimana caranya memunculkan generasi unggul yang sehat dan berdaya saing?, itu semua diawali dengan melahirkan anak-anak yang sehat,” kata Satika.
Lebih lanjut, menurut Satika Simamora, generasi yang sehat tidak akan lahir dari seorang ibu yang tidak sehat. Kalau ibu yang melahirkan tidak/kurang sehat, tentu anak yang dilahirkan bisa dipastikan kurang sehat juga.
“Maka dari itu, kesehatan kaum ibu harus memperoleh perhatian khusus. Kaum ibu merupakan tokoh sentral dalam melahirkan anak-anak yang sehat yang pada akhirnya melahirkan generasi unggul berdaya saing. Saya, bersama pak Sarlandi sudah punya konsep untuk mencapai hal itu,” ujar Satika.
Bicara program pembangunan, Satika Simamora berpendapat seorang Kepala Daerah mestinya tidak melulu fokus pada pembangunan infrastruktur. Pembangunan karakter masyarakat seharusnya tidak boleh luput dari perhatian seorang pemimpin.
Indikator kemajuan suatu daerah, tidak semata-mata hanya dinilai dari seberapa majunya pembangunan gedung, jalan dan jembatan, dan pembangunan fisik lainnya. “Itu memang penting, tetapi tak kalah penting juga adalah pembangunan karakter,” kata Satika.
Dijelaskan Satika Simamora, warisan budaya leluhur “Dalihan Natolu” sudah sejak lama diterapkan masyarakat dan menjadi acuan dalam hubungan bermasyarakat. Namun nilai-nilai luhur yang diwariskan para pendahulu, belakangan mengalami degradasi.
Gempuran perkembangan teknologi informasi tidak bisa dihindari. Sayangnya, ada sebagian kecil masyarakat yang menyalahgunakan kemajuan teknologi bukan untuk melestarikan budaya leluhur dan kearifan lokal. Kemajuan teknologi informasi justru disalahgunakan sekelompok orang untuk menghujat orang lain, tidak lagi menghiraukan budaya sopan santun. “Kita semua yang hadir di sini, hindari itu. Warisan budaya dan kearifan lokal harus kita pertahankan,” ucapnya.
Menjadi seorang Kepala Daerah, kata Satika Simamora, dituntut untuk berlaku adil kepada seluruh masyarakat. Namun adalah hal yang mustahil untuk bisa menuruti semua keinginan masyarakat satu persatu. Berkeadilan bisa tercapai jika masyarakat mau saling mengerti dan tidak memaksakan kehendak.
“Yang namanya adil, tidak harus memperoleh perhatian yang sama. Kelompok masyarakat yang lebih membutuhkan perhatian, Itu dulu yang kita utamakan,” pungkas Satika. (Henry)