Dengan tertatih-tatih, Ida Irawati Nasution dan Maslena Nasution yang telah berumur 70 tahunan, beserta Oman, pria yang telah berkeluarga, anak dari salah seorang nenek tersebut, terpaksa mendatangi Undangan wawancara Satreskrim Polrestabes Medan, Selasa (30/9) Pagi.
Hal itu dikarenakan kedua nenek tersebut telah dilaporkan keponakan kandungnya DKS yang seorang oknum ibu Bhayangkari Polsek Helvetia, warga Jalan Mesjid Taufik Gg Arsitek, Kel Tegal Rejo, Kec Medan Perjuangan, atas dugaan penganiayaan secara bersama sama berdasarkan Laporan Polisi LP/B/2765/VIII/2q025/SPKT/Polrestabes Medan/Poldasu, Tanggal 13 Agustus 2025 dengan pelapor Dwi Kumala Sari.
Menurut Ida Irawati, didampingi saudara kandungnya Maslena dan Oman kepada wartawan saat di Polrestabes Medan, Selasa (30/9), bahwa laporan yang diduga ada unsur rekayasa dan dugaan laporan palsu, berawal Senin (11/9) pagi, dirinya dan Maslena beserta Oman yang mengendarai mobil, mendatangi rumah saudara kandungnya RSW, ibu kandung dari DKS yang memiliki suami bertugas di Unit Reskrim Polsek Helvetia inisial IK, dengan tujuan meminta bagian uang hasil jual tanah warisan kepada RSW, karena dalam penjualan tanah warisan itu, Ida Irawati dan Maslena memiliki haknya.
Namun sesampai disana untuk menjumpai saudaranya RSW, Ida Irawati dan Maslena yang belum masuk ke dalam pagar rumah tinggal RSW, tiba tiba anaknya DKS berteriak teriak marah, seakan tak ingin ibunya RSW didatangi dan ditagih uang hasil penjualan tanah warisan, dimana Ida Irawati dan Maslena memiliki hak.
“Tujuan kami mendatangi saudara kandung kami dan meminta hak kami selalu saudara kandungnya, tapi tiba tiba anaknya DKS itu teriak mengajak ribut, seakan tak ingin ibunya dikunjungi dan ditagih uang hak kami itu. Sebenarnya, awalnya kami mau melaporkan RSW atas kasus penggelapan harta warisan, namun karena kami masih menganggap dia saudara kandung kami, makanya kami batalkan dan mendatanginya, tapi begini pula sambutan anaknya DKS, sedangkan RSW tak kunjung keluar rumah, ” Ungkap Ida Irawati.
Lanjut Maslena bahwa saat keributan itu, kami yang berada di luar pagar disaksikan Kepala Lingkungan setempat dan tidak ada aksi pukulan apapun, makanya kami heran, kenapa kami dipanggil atas penganiayaan, padahal tak terjadi apapun, malah si DKS yang teriak teriak memaki kami selaku saudara kandung ibunya, apalagi urusan kami sama ibunya dan bukan si DKS itu. Mengenai kami dituduh menganiaya, dapat dilihat di video yang kami rekam. Liat aja kondisi kami yang 70 tahunan lebih, mana mungkin menganiaya, berjalan aja kami sulit. Jadi laporan itu terkesan ada dugaan rekayasa dan palsu, mana pula luka yang dialaminya, kami menyimpan rekaman videonya, ” Terang Maslena.
Lalu Oman, anak dari Maslena yang juga mendapat undangan wawancara pihak Satreskrim Polrestabes Medan juga merasa heran, jika dirinya yang saat itu hanya mengantar ibunya dan adik ibunya Ida Irawati, dianggap melakukan penganiayaan.
“Saat itu saya nunggu di mobil depan gang dan setelah saya melihat ibu saya dan kakak ibu saya sedang ribut ribut mulut dengan DKS, saya malah menghampiri dan membawa keduanya naik kembali ke mobil, malah istri saya yang juga ikut saat itu malah disebut IK, oknum polisi, suami DKS yang berasa di balkon lantai atas rumahnya dengan menghina istri saya, wanita tak beres, wanita kafe, telah diperkosalah. Heran saya, kenapa seorang polisi yang seharusnya menengahi, malah ikut menghina hina juga, padahal ini masalah keluarga, jujur, padahal keriburan itu saat malu sekali, karena masalah keluarga. Tapi tindakan IK akan segera saya laporkan ke Propam Polda. Dan mengenai laporan DKS yang kami duga laporan palsu, akan laporkan kembali. Jangan rekayasa kejadian sebenarnya, tidak ada itu oenganiayaan, kita ada bukti rekaman videonya, ” Kata Oman.
Kasat Reskrim Polrestabes Medan, AKBP Bayu Putro Wijayanto ketika dikonfirmasi dugaan laporan palsu, Selasa (30/9), mengatakan bahwa pihaknya akan memberitahukan ke penyidik. Nanti kita anevkan. Kan masih lidik, sehingga kita harus memproses laporan.
“Agar bisa diketahui apakah tindak pidana atau bukan, ” Pungkasnya. (Irwan)



