Neracanews | Medan – Banteng Muda Indonesia( BMI) Sumut Menyuarakan Tolak Politik Identitas Menjelang Pemilu 2024
Banteng Muda Indonesia( BMI) Sumut menyuarakan turut serta menjaga situasi kamtibmas di Sumut dan menolak Politik Identitas dalam mensukseskan Pemilu 2024.
BMI Sumut melalui Franki Partogi Sirait menyampaikan tiga hal dalam menyikapi potensi terjadinya politik indentitas di tahun politik. Oleh karena itu BMI Sumut perlu mengambil sikap agar perpolitikan jelang 2024 bisa diminimalisir.
Pertama, BMI Sumut menolak segala bentuk politik indentitas yang mengeksploitasi promordialisme dan sentiment SARA dalam kontestasi politik.
Kedua, BMI Sumut juga siap dan pro aktif melawan praktik politik identitas di dunia maya maupun nyata.
Dan ketiga, BMI Sumut juga akan bergerak menciptakan pemilih rasional yang mengutakan keberpihakan kepada kesejahteraan rakyat kecil bukan atas dasar pertimbangan primordial yang berbasis SARA.
Menurut Ketua DPD BMI Sumut Frangki Partogi Sirait komitmen anti-politik identitas perlu dimiliki oleh elemen pemuda mengingat demografi pemilih Indonesia saat ini didominasi oleh anak muda yang berusia 17-39 tahun.
Populasi pemilih muda diprediksi mencapai sekitar 60% dari total pemilih pada Pemilu 2024. Untuk itu keterlibatan pemilih muda dalam menangkal politik identitas sangat relevan dalam menghadapi ancaman politisasi agama.
Di samping itu, narasi politik identitas yang berbasis agama dapat menguatkan pola pikir ekstrimisme yang berujung pada terorisme.
Praktik tersebut menurut sudah banyak terjadi di negara-negara di sebagian belahan dunia, terutama Timur Tengah di mana disintegrasi terjadi akibat konflik suku, ras dan agama yang dipelihara sebagai alat politik meraih kekuasaan.
Alih-alilh menawarkan pengakuan, identitas moral, dan identitas kelompok kepada mereka yang merasa terabaikan, para pengguna politik identitas cenderung untuk lebih jauh mengembangkan perpecahan dengan hoaks/berita palsu di media sosial.
Tujuannya untuk memperoleh keuntungan maksimal bagi kepentingan mereka sendiri. Dengan bantuan buzzer, isu-isu politik identitas dibingkai, diamplifikasi serta disebarluaskan melalui berbagai platform media sosial.
BMI Sumut melalui Ketua DPD BMI Sumut berpendapat politik identitas sangat berkontribusi mengikis rasionalisme pemilih di mana pemilih lebih mempertimbangkan aspek sentimen atau kesamaan primodial agama dibanding kualitas calon dan program kerja yang berdampak kesejahteraan sosial warga negara.
Dalam rapat Internal DPD BMI Sumut ketua DPD BMI Sumut Frangki Partogi Sirait menyampaikan Akibat praktik politik identitas perbincangan politik di ruang publik dipenuhi oleh variabel identitas seperti lebih menonjolkan apa latar belakang agama, suku dan ras.
Dibanding melihat kinerja, track record hingga program penanggulangan kemiskinan. Diskusi rasional disumbat oleh isu identitas. Kita mesti lawan karena sama halnya dengan pembodohan.(021)