Neraca News | Mandailing Natal – Presiden Pengurus Besar Ikatan Pemuda Mandailing ( PB. IPM) Bung Tan Gozali Nasution didampingi Sekjen Bung Asri Siregar dan Waketum Bung Syarifuddin Rangkuti mengajak seluruh lapisan masyarakat Mandailing dan Sumatera Utara dalam beberapa hari ini sebelum memperingati hari Pendidikan Nasional, tepatnya tanggal 02 Mei 2023 membuat dukungan postingan foto, video pendek dan tulisan media yang bergambar Fhoto Willem Iskandar sekaligus mendukung Pahlawan Pendidikan yang terlupakan layak jadi Pahlawan Nasional, Harga Mati.
Sebagai generasi Mandailing dan Sumatera Utara seharusnya kita berbangga karena ada Pahlawan Pendidikan jauh sebelum Ki Hajar Dewantara pendiri taman siswa 03 juli 1922 sebagai Pahlawan Pendidikan yang terlupakan sebagai Inspirasi kita Pahlawan Pendidikan yang berasal dari Mandailing Sumatera Utara Sati Sutan Iskandar Nasution atau lebih dikenal Willem Iskandar yang seharusnya layak diangkat juga jadi Pahlawan Nasional, karena beliau adalah pendiri sekolah pribumi pertama Indonesia ( Kweekschool Tanobato 1862 – 1873 ) yang sekarang di atas lokasinya berdiri SMA Tanobato / SMAN 1 Panyabungan Selatan, satu – satunya sekolah yang tiga kali didatangi Menteri Pendidikan, mulai dari mensurvei lokasi, peletakan batu pertama dan peresmian sewaktu Menteri Pendidikan Daud Yusuf.
Willem Iskandar lahir Pidoli Lombang Panyabungan Mandailing Tahun 1840 dan meninggal dunia di Amsterdam Belanda Tahun 1876, perintisan dan loncatan gagasan kebangsaan Willem Iskander tidak bisa lepas dari para mentor yang memberikan fasilitas, seperti Gordon, Dirk Hacker, Milles-guru-guru di Belanda yang sangat menaruh perhatian pada pendidikan keguruan. Tak ketinggalan pula Eduard Douwes Dekker, sesama pegawai Belanda yang kemudian terkenal dengan nama samaran Multatuli lewat karya monumentalnya, Max Havelaar, yang ditulisnya tahun 1859.
Selain sebagai perintis sekolah guru desa, dalam arti pendidikan tidak hanya dalam kelas, tidak hanya bagi para murid, tetapi juga masyarakat dan dengan bahasa Mandailing sebagai pengantar, Willem Iskander juga dikenal sebagai Pengarang, Prosa dan Puisinya yang terkumpul dalam Si Bulus Bulus, Si Rumbuk Rumbuk (Tulus, Mufakat, Rukun) adalah karangan satiris yang menyuarakan semangat kemerdekaan. Prosa dan Puisi ini pernah dilarang beberapa tahun oleh Pemerintah Belanda sebab dinilai menyulutkan semangat kemerdekaan.
Di kalangan masyarakat Mandailing, ketokohan Willem Iskander selama bertahun-tahun kurang memperoleh tempat. Muncul narasi-narasi bias, yang kemudian dibantah oleh Basyral Harahap, dan sebaliknya lewat penelitian mendalam Basyral Hamidi Harahap menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi pada Willem Iskander, Sebagai generasi muda Mandailing mengajak semua elemen masyarakat Mandailing dimanapun berada, Pemda Madina, Pemda Tapsel, Pemda Paluta, Pemda Palas, Kota Padangsidimpuan/ Eks Tapanuli Selatan dan Pemprovsu untuk mendukung penuh Willem Iskandar jadi Pahlawan Nasional dan kita juga meminta agar Pemerintah Pusat Bapak Presiden Jokowi untuk mengangkatnya jadi Pahlawan Nasional pada tanggal 10 November 2023, ungkap Bung Tan Gozali yang juga Wakil Ketua DPD KNPI Sumatera Utara. (Hem Surbakti)